Menampilkan 3 Hasil

Identifikasi Analisis Areal (Mikro)

Menurunnya potensi hutan alam, menyebabkan kesinambungan pasokan bahan baku produk kehutanan yang berbasis bahan baku kayu hanya dapat dipenuhi melalui pembangunan hutan tanaman. Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam pengembangan hutan tanaman pendukung industri berbasis bahan baku kayu, diantaranya iklim tropika basah memung­kinkan pertumbuhan tanaman yang cepat, ketersediaan lahan tidak produktif yang luas dan segera memerlukan rehabilitasi dan ketersediaan tenaga kerja.  Dengan demikian, pengembangan industri berbasis bahan baku yang didukung oleh hutan tanaman yang sehat sangat relevan untuk dilakukan.

Ket : Lokasi Titik Pengambilan Sampel

Dengan pembangunan hutan tanaman, kebutuhan bahan baku untuk industri dapat dipenuhi secara berkesinambungan ser­ta kualitas lingkungan hidup dan sosial dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Pengelolaan sumber kekayaan alam berupa hutan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang berwawasan lingkungan, sehingga hutan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar memberi­kan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat pada umumnya dengan menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. PT Rencong Pulp and Paper Industry adalah salah satu perusahaan pemegang IUPHHK-HTI Dalam Hutan Tanaman yang memperoleh ijin.

Tujuan pelaksanaan kegiatan identifikasi analisis areal (mikro) adalah sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasi areal hutan (hutan alam dan non hutan alam) yang harus dipertahankan, dijaga, dilindungi dan/atau dibina sebagai hutan produksi alam, dan/atau kawasan lindung sebagai areal hutan produksi alam yang berfungsi sebagai kawasan lindung.
  2. Mengidentifikasi areal hutan alam yang harus dipertahankan.
  3. Mengidentifikasi areal hutan (hutan alam dan non hutan alam) yang dapat dikembangkan untuk kegiatan pembangunan hutan tanaman yang meliputi areal untuk pengembangan tanaman pokok, pengembangan tanaman kehidupan dan untuk pembangunan sarana dan prasarana, dengan sistem silvikultur THPB.

Penataan Batas Sendiri dan Persekutuan Areal Kerja Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di PT Bumi Persada Permai

Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal.

 

Tim Lapangan

Pada prinsipnya pengelolaan secara optimal sumber daya alam termasuk sumber daya hutan dengan memperhatikan faktor ekologis, diarahkan untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya dalam bingkai pembangunan daerah dan nasional. Dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan berbagai peraturan dan ketentuan teknis, agar sumber daya hutan beserta sumber daya alam lainnya yang berada dalam kawasan hutan negara secara optimal dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat.

Kawasan hutan mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah serta perlindungan flora dan fauna di dalamnya.

Supervisi Lapangan Tata Batas

Sebagai awal dari proses perencanaan pengelolaan mutlak diperlukan adanya kemantapan dan kepastian status kawasan hutan, baik secara yuridis formal maupun material fisiknya di lapangan melalui proses pengukuran batas kawasan hutan dalam bentuk kegiatan penataan batas.

Maksud dilaksanakan kegiatan penataan batas sendiri Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) dalam Hutan Produksi PT. Bumi Persada Permai adalah untuk mendapatkan kepastian batas, letak dan luas kawasan hutan sebagai salah satu penyiapan prakondisi yang matang dalam pengelolaan kawasan hutan secara lestari.

Tujuan penataan batas sendiri dan persekutuan areal kerja IUPHHK-HT PT Bumi Persada Permai adalah mewujudkan kepastian batas, letak dan luas serta kepastian hukum secara yuridis formal, baik administrasi maupun fisik di lapangan, sehingga dapat dilakukan pengelolaan areal kerja secara baik serta untuk menghindari sengketa batas.

Pal Batas

Rencana Teknik Tahunan (RTT) Restorasi Gambut Provinsi Jambi Tahun 2018

 

    Pekerjaan ini merupakan Penyusunan Rencana Teknik Tahunan Restorasi Gambut Provinsi Jambi Tahun 2018, yang merupakan penyusunan salah satu rencana teknik yang akan dilaksanakan sesuai dengan target dan sasaran yang ditentukan. Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Tahunan Restorasi Gambut yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah untuk lokasi KHG Sungai Batanghari – Sungai Air Hitam Laut (terletak di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur) dan KHG Batanghari – Sungai Kampeh (terletak di Kabupaten Muaro Jambi).

Peserta kegiatan FGD RTT Restorasi Gambut Provinsi Jambi

 

Areal KHG S. Batanghari – S. Air Hitam Laut berdasarkan data spasial adalah seluas 189.862 Ha.Bagian areal KHG yang menjadi prioritas untuk direstorasi adalah seluas 145.387 Ha, yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur.
Pada areal KHG S. Batanghari – S. AirHitam Laut terdapat 20 (dua puluh) SLRG. Restorasi ekosistem gambut pada KHG ini menjadi tanggung jawab 34 (tiga puluh empat) UPRG.

 

Perjalanan Menuju Desa Air Hitam Laut

 

  • Adapun teknik rencana tindakan restorasi terdiri dari :
  1. tindakan pembasahan kembali (rewetting), R.1,
  2. penanaman kembali (revegetation), R.2
  3. revitalisasi masyarakat / R.3.

 

Tim Biofisik